Merayakan Lebih dari Sekadar Seremonial
Umat Islam tidak hanya memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW sebagai perayaan kelahiran beliau, tetapi juga menjadikannya momen penting untuk merefleksikan kehidupan, teladan, dan misi beliau. Keluarga Muslim bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk meninjau kembali pola asuh terhadap anak-anak: sudahkah sesuai dengan nilai-nilai Rasulullah?
Di tengah derasnya arus modernisasi dan tantangan era digital, Maulid Nabi memberi jeda spiritual yang mengingatkan orang tua agar kembali pada prinsip parenting Islami yang penuh kasih, adab, dan keteladanan.
1. Mengingat Rasulullah Sebagai Ayah dan Kakek
Rasulullah SAW menunjukkan teladan luar biasa dalam mengasuh anak. Beliau mencium, memeluk, dan menyayangi anak-anaknya secara terbuka. Beliau bahkan menggendong cucunya, Hasan dan Husain, ketika sedang shalat.
Allah menegaskan dalam Al-Qur’an:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu…” (QS. Al-Ahzab: 21)
Orang tua seharusnya menunjukkan kasih sayang nyata kepada anak-anak, bukan larut dalam kesibukan dunia dan gawai.
2. Membangun Rumah yang Penuh Rahmah
Rasulullah menciptakan rumah tangga yang dipenuhi kasih sayang, komunikasi sehat, dan kejujuran. Beliau mendidik dengan cinta dan dialog, bukan dengan kekerasan.
Orang tua perlu memastikan rumah menjadi tempat ternyaman bagi anak untuk bertumbuh, bukan ruang penuh bentakan, tekanan, dan minim perhatian.
3. Menjadikan Pendidikan Akhlak sebagai Fondasi
Rasulullah menekankan pendidikan akhlak sebagai inti pengasuhan. Beliau bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad). Anak-anak saat ini tidak hanya membutuhkan kecerdasan akademis, tetapi juga kekuatan moral dan spiritual.
Orang tua wajib tampil sebagai guru akhlak pertama dan utama. Sayangnya, banyak keluarga lebih menekankan nilai akademik daripada menanamkan kejujuran, tanggung jawab, dan sopan santun.
4. Memberi Teladan, Bukan Sekadar Perintah
Rasulullah mendidik dengan memberi contoh nyata. Beliau konsisten antara ucapan dan tindakan. Orang tua juga harus selaras antara larangan dan perilaku mereka. Misalnya, jika melarang anak bermain gawai berlebihan, orang tua tidak boleh sibuk dengan ponsel saat bersama anak.
5. Menjadikan Maulid Nabi Sebagai Evaluasi Pola Asuh
Keluarga Muslim bisa menggunakan Maulid Nabi untuk mengevaluasi gaya pengasuhan:
Apakah anak merasa didengar?
Apakah orang tua hadir secara emosional, bukan sekadar fisik?
Sudahkah nilai Islam hadir dalam setiap aspek pengasuhan?
Kembali pada Akar Pengasuhan Islami. Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, Maulid Nabi mengingatkan bahwa Islam telah menawarkan pola asuh terbaik melalui teladan Nabi Muhammad SAW. Beliau tidak hanya memberi nasihat, tetapi juga menunjukkan bagaimana mencintai, membimbing, dan membesarkan anak-anak dengan akhlak mulia.
Keluarga Muslim perlu menjadikan Maulid Nabi sebagai momentum untuk memperbaiki pola pengasuhan, memperkuat nilai-nilai Islam dalam rumah tangga, dan meneladani Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh: Dr. Karmila P. Lamadang, S.H., M.Pd
Dosen Universitas Muhammadiyah Luwuk