Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Trending Topik

Pacu Jalur Viral dan Mendunia: Tradisi Riau yang Memukau Dunia

29
×

Pacu Jalur Viral dan Mendunia: Tradisi Riau yang Memukau Dunia

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Riau, ElaborasiNews.com – Tradisi budaya Pacu Jalur dari Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, mendadak viral di media sosial dan menjadi sorotan dunia.

‎Video pacu jalur yang menunjukkan deretan pemuda mendayung perahu panjang dengan irama dan semangat luar biasa telah ditonton jutaan kali di berbagai platform digital, bahkan menarik perhatian media internasional.

Example 300x600

‎Pacu Jalur merupakan perlombaan perahu tradisional yang digelar di Sungai Kuantan, dan telah menjadi bagian dari warisan budaya masyarakat Kuansing selama lebih dari satu abad.

‎Perahu yang digunakan, disebut “jalur”, dapat mencapai panjang hingga 25-40 meter dan ditumpangi oleh puluhan orang, terdiri dari pendayung, tukang pacu, juru mudi, hingga penari yang berdiri di haluan.

‎Fenomena viral ini dimulai dari unggahan konten kreator lokal dan nasional yang merekam momen dramatis saat jalur-jalur raksasa itu melaju di sungai dengan kecepatan dan kekompakan tinggi, disertai sorak sorai penonton.

‎Unggahan tersebut tak hanya menyentuh hati masyarakat Indonesia, tetapi juga membuat warganet mancanegara terpukau dengan semangat kolektif dan keunikan tradisi tersebut.

‎Tak lama kemudian, sejumlah media asing seperti BBC, South China Morning Post, hingga The Guardian mulai mengangkat Pacu Jalur sebagai salah satu warisan budaya unik Asia Tenggara yang patut dilestarikan.

‎Gubernur Riau, Syamsuar, menyambut baik perhatian dunia terhadap tradisi Pacu Jalur. Ia menegaskan bahwa viralnya perlombaan ini adalah momentum besar untuk memperkenalkan budaya Riau ke kancah internasional.

‎”Pacu Jalur bukan sekadar lomba dayung, tapi simbol kekompakan, semangat gotong royong, dan warisan budaya yang terus hidup di tengah masyarakat kami. Ini kebanggaan kita bersama,” ujar Syamsuar, Senin (8/7/2025).

‎Pemerintah Provinsi Riau bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif kini tengah menyusun strategi untuk menjadikan Pacu Jalur sebagai atraksi budaya tahunan bertaraf internasional.

‎Langkah ini mencakup digitalisasi dokumentasi budaya, promosi di media global, serta pengajuan Pacu Jalur sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO.

‎Sementara itu, masyarakat Kuansing menyambut viralnya Pacu Jalur dengan antusias.

‎Banyak pemuda mulai bergabung dengan komunitas jalur di desanya masing-masing, dan pelatihan semakin intensif dilakukan guna menjaga tradisi sekaligus menghadapi kemungkinan kompetisi internasional di masa mendatang.

Dengan daya tariknya yang otentik dan nilai budaya yang kuat, Pacu Jalur kini tak lagi hanya menjadi kebanggaan lokal, melainkan simbol kekuatan budaya Indonesia yang mampu menembus batas-batas global


‎Asal-Usul dan Fungsi Awal

Tradisi Pacu Jalur diperkirakan telah ada sejak abad ke-17, ketika masyarakat di wilayah pedalaman Rantau Kuantan masih bergantung pada transportasi sungai. Pada masa itu, jalur perahu panjang yang terbuat dari kayu utuh digunakan untuk keperluan transportasi massal, baik untuk berdagang, berkomunikasi antar kampung, maupun menghadiri acara adat.‎

Menurut catatan sejarah lisan, Pacu Jalur awalnya diselenggarakan sebagai bagian dari ritual adat dan peringatan hari besar Islam seperti Maulid Nabi atau tahun baru Hijriah. Setiap kampung akan mengirimkan jalurnya untuk berpacu di sungai, bukan hanya sebagai kompetisi, tetapi juga sebagai ajang silaturahmi dan menunjukkan kekompakan antarwarga.


‎Perkembangan di Era Kolonial

‎Di masa penjajahan Belanda, Pacu Jalur mulai mendapat perhatian pemerintah kolonial yang melihat potensi hiburan dan massa dari tradisi ini. Lomba Pacu Jalur kemudian menjadi agenda resmi tahunan, terutama untuk menyambut kedatangan pejabat Belanda. Seiring waktu, jalur-jalur mulai dihias secara estetis dengan warna mencolok dan ornamen khas Melayu Kuantan.

‎Menjadi Ikon Budaya Riau

‎Setelah kemerdekaan, Pacu Jalur tetap dilestarikan oleh masyarakat lokal dan dijadikan agenda rutin setiap bulan Agustus dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi secara resmi mengelola penyelenggaraannya, dan perhelatan ini berkembang menjadi event budaya besar yang menarik ribuan penonton.

‎Setiap jalur yang berlaga memiliki nama unik, sering kali mengandung makna filosofis, patriotik, atau religius, seperti Sijontiak Lawik, Tuah Keramat Bukik Godang, atau Puti Lenggogeni dari Hulu. Nama tersebut memperkuat identitas kampung dan semangat perjuangan para pendayungnya.

‎Warisan Budaya yang Terus Hidup

‎Kini, Pacu Jalur tak hanya menjadi lomba perahu. Ia menjelma sebagai simbol warisan budaya tak benda yang sarat nilai edukatif, spiritual, dan estetis. Generasi muda diajak untuk turut melestarikannya, baik sebagai pendayung, pembuat jalur, atau pendukung festival budaya yang menyertainya.

‎Dengan semakin besarnya sorotan nasional dan internasional berkat viralnya di media sosial, pemerintah daerah dan pusat mulai mendorong pengajuan Pacu Jalur sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO, agar ia tak sekadar menjadi tontonan, tetapi juga dikenali dan dihargai sebagai aset dunia.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *